Manajemen Strategik
BAB V
MANAJEMEN STRATEGIK
Dalam
bab V disajikan beberapa materi sebagai berikut :
A. Hirarki Manajemen Strategik
B. Proses Manajemen Strategik
C. Hubungan Misi dan Tujuan
D. Tujuan Organisasi.
E. Faktor yang mempengaruhi perumusan tujuan
F. Jenis-jenis tujuan organisasi
G. Manajemen Obyektives (MBO).
Sebelum organisasi itu berjalan atau sedang merumuskan kembali
arah bagi organisasinya yang sudah berjalan, maka organisasi itu perlu
menetapkan tujuan dan filosofi dasar yang akan menentukan bentuk sosok strateginya
(strategic posture).
Tujuan mendasar (fundamental purpose) yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi lain
yang sejenis dan yang menjelaskan cakupan operasinya dalam bentuk produk dan
pasar didefinisikan sebagai misi perusahaan (company
mission).
Misi perusahaan juga diartikan sebagai pernyataan atau rumusan
umum yang luas dan bersifat tahan lama (enduring) tentang keinginan atau maksud organisasi. Organisasi juga perlu
menetapkan tujuan agar memungkinkan untuk menentukan apa yang harus dilakukan,
mengembang rencana-rencana rencana-rencana yang efektif, menentukan sasaran,
dan menilai hasilnya. Tanpa tujuan segala sesuatu yang dilakukan atau dicapai
dapat dianggap sebagai hal yang dapat diterima, tidak ada standar ukuran dalam
perencanaan dan pengendaliannya. Dalam merumuskan tujuan perusahaan, perlu
diperhatikan keseimbangan dengan memadukan berbagai kepentingan sumber-sumber
atau pihak yang terlibat dalam perusahaan.
Pada bagian ini, akan dibahas lebih mendalam berbagai hal yang menyangkut
misi dan tujuan perusahaan sehingga pembaca dapat memahami arti penting sebuah
tujuan dan misi, fungsi dan bentuk-bentuk, serta berbagai faktor yang
mempengaruhinya.
Pada
bagian akhir dari bab ini nanti akan dibahas pula tentang ManagementBy Objektives (MBO).
A. HIRARAKI MANAJEMEN STRATEGIK
Hierarki (jenjang) pengambilan keputusan dalam suatu perusahaan
biasanya terdiri dari tiga jenjang. Pada puncak hierarki terletak tingkat
korporasi (perusahaan) yaitu suatu urusan yang merupakan sebuah kumpulan bisnis
yang secara relatif independen, yang kadang-kadang disebut sebagai Unit Bisnis
Strategis atau Strategic Business Unit (SBU). Strategi korporasi pada dasarnya berkaitan dengan logika
atau rasionalitas yang terdapat
pada
korporasi.
Yang termasuk dalam tingkat korporasi ini adalah dewan direksi (board of directors) dan eksekutif kepala (chiefexecutive) serta pejabat administrasi (administrative officer). Tanggung jawab dari manajer
pada tingkat korporasi antara lain meningkatkan kinerja keuangan dan kinerja
non-keuangan perusahaan, menjaga citra perusahaan, dan memenuhi tanggung jawab
sosial perusahaan. Mereka juga menetapkan sasaran dan merumuskan strategi yang mencakup bidang kegiatan dan bidang
fungsional dari bisnis-bisnis yang ada. Sederhananva, strategi korporasi
menjawab pertanyaan “bisnis Yang mana
yang
seharusnya perlu di masuki?” dan “bagaimana kita harus menjalankannya?”
Pada bagian tengah hierarki, pengambilan keputusan terletak
tingkat bisnis atau strategi kompetitif. Strategi kompetitif atau juga dikenal
sebagai strategi SBU, secara esensial berhubungan dengan persaingan produk dan
jasa di pasar. Para manajer yang terdapat di dalamnya biasanya disebut manajer bisnis dan korporasi. Mereka
menerjemahkan rumusan arah dan keinginan yang dihasilkan pada tingkat korporasi
ke dalam sasaran dan strategi yang kongkret untuk masing-masing divisi usaha.
Ada tiga pertanyaan menjasar yang harus ditujukan pada tingkat strategi ini,
yaitu:
1.
Di mana seharusnya kita bersaing? (pasar yang mana, dan segmen mana dalam
pasar-pasar tersebut yang harus difokuskan?)
2.
Produk apa yang seharusnya dipersaingkan?
3.
Bagaimana mendapatkan keunggulan kompetitif yang berdaya tahan di pasar yang
telah di pilih?
Apabila tim manajemen dari suatu perusahaan tidak memiliki jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka medan bisnisnya tidak memiliki
strategi kompetitif yang jelas, yang dipikirkan secara matang, dan yang di
mengerti.
Pada bagian bawah hierarki pengambilan keputusan strategi terletak
tingkat fungsional. Strategi fungsional berkaitan dengan interpretasi peran
dari fungsi atau departemen dalam menerapkan strategi kompetitif. Dalam hal
ini, strategi fungsional diarahkan oleh strategi kompetitif atau bisnis. Jadi,
setiap strategi kompetitif dapat diterjemahkan menjadi strategi pemasaran,
strategi finansial, strategi sumber daya manusia, dan seterusnya yang sama dan
sebangun pada tingkat fungsional. Umumnya,
manajer
yang ada didalamnya biasa disebut sebagai manajer produk, wilayah, dan
fungsional
Gambar
1. menyajikan tiga tingkat manajemen strategik
sesuai
dengan yang ada dalam praktik. Gambar tersebut men54
Pengantar Manajemen
PRIYONO
cerminkan
alternatif hierarki manajemen strategik dengan SBU
majemuk
dan SBU tunggal. Untuk melihat perbedaan-perbedaan
pada
masing-masing tingkat strategi, dapatlah diketahui dari
beberapa
aspek, yaitu: (1) tingkat pertanggungjawaban; (2)
ruang
lingkup operasi; (3) jangka waktu berlakunya strategi; dan
(4)
ciri khas.
Gambar 1. Hierarki Strategi dengan SBU Majemuk dan SBU Tunggal
B. PROSES MANAJEMEN STRATEGIK
Proses manajemen strategik biasanya terdiri dari lima tahap yaitu
1) analisis lingkungan; 2) penetapan misi dan tujuan; 3) perumusan strategik;
4) pilihan dan penerapan strategi; dan 5) evaluasi atau pengendalian strategi.
Masing-masing bagian dalam proses manajemen strategik memiliki ketergantungan
satu sama lainnya
ANALISIS LINGKUNGAN
Tujuan utama dilakukannya analisis lingkungan adalah untuk
mengidentifikasi peluang (opportunity) yang harus segera mendapat perhatian serius dan pada saat yang
sama perusahaan menentukan beberapa kendala ancaman (threats) yang perlu di antisipasi.
Dalam melakukan analisis terhadap lingkungan usaha, hal penting yang harus
dilakukan adalah mengidentifikasi beberapa variabel pokok yang mempengaruhi
kinerja dari suatu perusahaan. hal itu berarti perusahaan hanya berusaha untuk
mengumpulkan
dan
menganalisis sejumlah variabel secara terbatas (relevan), dan tidak sampai
terjerumus untuk berusaha meng-analisis sebanyak mungkin variabel (infinite).
Analisis lingkungan perusahaan biasanya terdiri dari dua komponen
pokok, yakni lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Jenis lingkungan
eksternal perusahaan
meliputi:
lingkungan umum, lingkungan industri, dan lingkungan operasional. Sedangkan
yang termasuk dalam lingkungan internal adalah sumber daya, kemampuan, dan
kompetensi inti. Dengan melakukan analisis terhadap lingkungan perusahaan
diharapkan manajemen perusahaan akan memiliki gambaran yang lebih jelas dalam
menyiapkan strategi bisnis yang diperlukan untuk mengantisipasi implikasi
manajerial yang ditimbulkan oleh lingkungan bisnis.
MISI DAN TUJUAN PERUSAHAAN
Suatu organisasi yang besar maupun kecil sekalipun pasti memiliki
misi. Misi menurut pengertiannva adalah suatu tujuan unik yang membedakannya
dari perusahaanperusahaan lain yang sejenis dan mengidentifikasi cakupan
operasinva.
Di dalam suatu pernyataan misi biasanva menguraikan hal-hal seperti
karakteristik Produk, pasar yang dimasuki, dan teknologi yang digunakan. Misi
,uatu perusahaanpada dasarnya mencerminkan alasan mengapa perusahaan itu ada.
Dengan adanya suatu misi, maka perusahaan akan dapat memanfaatkan seluruh
potensi yang ada untuk men` apai tujuan akhir secara efektif dan efisien.
Sama halnya dengan misi, tujuan suatu perusahaan juga penting
untuk diperhatikan. Tujuan (objective) adalah landasan utama untuk menggariskan kebijakan yang ditempuh
dan
arah tindakan untuk mencapai tujuan perusahaan, atau dengan kata lain tujuan
adalah sesuatu yang harus dicapai.
Dengan demikian, setiap perusahaan perlu merumuskan misi maupun
tujuan secara jelas. Walaupun ada sebagian dari organisasi yang memandang misi
itu tidak penting, namun ada beberapa alasan yang mendasari organisasi perlu
menetapkan misinva.
Apa
yang ingin dicapai dari pernyataan misi itu? Menurut King dan Cleland, alasan
perlunya misi itu adalah sebagai berikut:
1.
Memastikan kesamaan tujuan (purpose) dalam organisasi. Pihak manajemen puncak, manajemen lini, dan
anggota organisasi memiliki tujuan-tujuan yang berbeda. Dengan adanya misi
perbedaan tujuan itu dapat disatukan.
2.
Menjadi landasan untuk memotivasi pemanfaatan sumber daya organisasi.
Keberagaman sumber dava yang dimiliki oleh organisasi menuntut manajemen untuk
dapat mengelola secara optimal dan efisien terhadap penggunaannya.
3.
Mengembangkan landasan atau standar untuk pengalokasian sumber daya organisasi.
4.
Menetapkan warna umum iklim organisasi, misalnya mengisvaratkan
operasi
yang bersifat bisnis (businesslike operation).
5.
Berfungsi sebagai titik fokus bagi mereka yang sepakat dengan tujuan umum (purpose) dan arah organisasi dan
menghalangi mereka yang tidak sepakat dengan itu agar tidak lagi melibatkan
diri dengan kegiatan-kegiatan organisasi.
6.
Berfungsi untuk memudahkan penerjemahan sasaran dan tujuan ke dalam suatu
struktur kerja yang mencakup penetapan tugas kepada elemen-elemen yang
bertanggung jawab dalam organisasi.
7.
Menegaskan tujuan umum (purpose) organisasi danperwujudan tujuan-tujuan umum ini menjadi tujuan
yang lebih spesifik sedemikian hingga parameter biaya, waktu, dan kinerja dapat
ditetapkan dan dikendalikan.
KOMPONEN DALAM MISI
Komponen utama dalam perumusan misi adalah spesifikasi produk atau
jasa; spesifikasi pasar utama; dan spesifikasi teknologi. Ketiga komponen ini
tidak dapat dilepaskan dari rumusan misi.
1. Produk (barang atau jasa)
PernYataan misi suatu organisasi harus mencerminakan pada aspek
produk atau jasa apa yang dihasilkan. Dengan informasi itu konsumen akan
mengetahui ke mana mereka harus mencari produk atau jasa yang diinginkannya.
2. Pasar
Setelah organisasi menjelaskan tentang jenis produk atau jasa yang
dihasilkan, informasi penting lainnya yang perlu disampaikan adalah kepada
siapa (pasar) produk
itu
ditawarkan sehingga organisasi tidak perlu melayani seluruh konsumen yang ada.
3. Teknologi Informasi ini meliputi
penggunaan peralatan, mesin,material, teknik, dan proses yang ada di dalam
organisasi.Di dalam teknologi inI juga disampaikan berbagai
keunggulan
yang dimiliki oleh organisasi.
Selain tiga komponen utama di atas, manajer jugaperlu mempertimbangkan
komponen-komponen lainnya yang masih relevan untuk diinformasikan. Komponen
tersebut
disebut
sebagai komponen tambahan yang meliputi pelanggan dan kualitas. Organisasi dapat
menyatakan bahwa pelanggan adalah prioritas mereka dan kualitas merupakan tugas
nomor satu mereka. Informasi ini sekaligus melengkapi harapanharapan dari
konsumen atau masyaRakat yang menginginkan adanya organisasi yang dapat
memenuhi kebutuhannya secara baik.
Gambar 2. Komponen dalam Misi
C. HUBUNGAN MISI DAN TUJUAN
Walaupun memiliki arti yang berbeda, misi dan tujuan padadasarnya
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sebuah rumusan misi akan
bisa dicapai apabila dijabarkan dalam bentuk yang lebih spesifik melalui pernyataan
tujuan. Sebelum organisasi menetapkan tujuan-tujuan, terlebih dahulu harus
menetapkan misi atau maksud organisasi. Hal ini berarti bahwa kegiatan-kegiatan
lainnya baru bisa dilaksanakan apabila misi sudah ditetapkan. Gambar 3. di
bawah ini menjelaskan hubungan antara misi, tujuan, dan bentuk-bentuk rencana
lainnya.
PERUMUSAN STRATEGI
Untuk mencapai daya saing strategis dan memperolehprofit yang
tinggi, perusahaan harus menganalisis lingkungan eksternalnya, mengidentifikasi
peluang dan ancaman dalam
Lingkungantersebut,
menentukan mana di antara sumberdaya internal dan kemampuan yang dimiliki yang
merupakan kompetensi intinya, dan memilih strategi yang cocok untuk
diterapkan
(strategic formulation). Suatu strategi merupakansejumlah tindakan yang terintegrasi dan
terkoordinasi yangdiambil untuk mendayagunakan kompetensi inti sertamemperoleh
keunggulan bersaing.
Gambar 3. Hubungan Misi, Tujuan, dan Rencana Lainnya
Agar dapat memberikan hasil yang optimal bagiperusahaan, maka
perumusan strategi harus sesuai dengan spesifikasi produk, pasar dan
pemasarannya, sumber daya organisasi (keuangan atau non ekonomi), dan
teknologi. Formulasi strategi yang keliru akan memberikan dampak yang kurang
baik bagi perusahaan sehingga manajemen harus betul-betul memahami dan mencermati
kemungkinankemungkinan yang akan terjadi.
PENERAPAN (IMPLEMENTASI) STRATEGI
Implementasi strategi adalah sebuah tindakanpengelolaaan bermacam-macam
sumber daya organisasi dan manajemen yang mengarahkan dan mengendalikan pemanfaatan
sumber-sumber daya perusahaan (keuangan, manusia, peralatan, dan lain-lain)
melalui strategi yang dipilih. Implementasi strategi diperlukan untuk memperinci
secara
lebih
tepat dan jelas bagaimana sesungguhnya pilihan strategi yang telah diambil direalisasikan.
Implementasi strategi yang berhasil sangat tergantung pada keahlian dan
kemampuan serta keterampilan manajer.
Di bawah ini disajikan beberapa tanggung jawab utamadari seorang
manajer dalam mengimplementasikan strategi yang telah dipilih, yaitu:
1.
Manajer melakukan pembagian tugas-tugas beserta urutan kegiatan yang akan diambil
untuk melaksanakan kebijakan dan strategi dengan cara yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan.
2.
Menentukan siapa yang bertanggung jawab untuk tugastugas khusus utama yang harus
diselesaikan, langkahlangkah yang harus ditempuh dan keputusan yang harusdiambil.
3.
Menetapkan struktur pokok organisasi tempat implementasi akan berlangsung, misalnya
departemen fungsional atau divisi produk yang didesentralisasikan.
4.
Menentukan sumber daya (fisik dan manusia) yang perlu untuk menerapkan kebijakan
dan strategi serta menjamin tersedianya sumber daya itu bila diperlukan.
5.
Menetapkan jenis-jenis prestasi yang diperlukan oleh satuan-satuan organisasi
dan perorangan serta kapan kegiatan khusus harus diselesaikan.
6.
Menentukan motivasi pribadi dan sistem perangsang yangakan digunakan.
7.
Menganalisis hubungan utama antara orang-orang, satuan organisasi, dan kegiatan
dalam satuan-satuan yang memerlukan pengkoordinasian serta menentukan sistem yang
tepat untuk menjamin koordinasi yang tepat pula.
8.
Menjamin tingkat partisipasi yang tepat dalam perumusan dan operasi sistem dan
proses implementasi.
9.
Menetapkan sistem informasi yang tepat untuk menjamin pengukuran yang tepat
dari prestasi menurut standar sehingga dapat di ambil tindakan perbaikan.
10.
Mengadopsi program latihan untuk mengembangkan keterampilan teknis dan manajemen
yang diperlukan dalam implementasi.
11.
Menjamin bahwa kepemimpinan manajemen efektif dalam memotivasi dan membimbing
organisasi dalam penerapan kebijakan dan strategi sedemikian sehingga tercapai
tujuan-tujuan organisasi dengan cara yang paling efektif dan efisien.
EVALUASI DAN PENGENDALIAN
Bagian terakhir dari proses manajemen strategik adalah evaluasidan
pengendalian. Evaluasi merupakan suatu tahap di mana manajer mencoba menjamin
bahwa strategi yang
telah
dipilih itu terlaksana dengan tepat dan mencapai tujuan yang diharapkan. Jadi,
evaluasi strategi adalah proses di mana manajer membandingkan antara hasil-hasil
yang diperoleh dengan tingkat pencapaian tujuan.
Secara
umum evaluasi mencakup empat hal utama, yaitu:
1.
Menetapkan sasaran prestasi kerja, standar, batas toleransi untuk tujuan,
strategi, dan rencana pelaksanaan.
2.
Mengukur posisi yang sesungguhnva sehubungan dengan sasaran pada suatu waktu tertentu.
Jika hasilnva terletak di luar batas tersebut maka perlu diambil tindakan perbaikan.
3.
Menganalisis penyimpangan dari batas toleransi yang dapat diterima.
4.
Melaksanakan modifikasi jika dirasa perlu atau layak. Pengendalian strategik
merupakan pengendalian yang mengikuti strategi yang sedang diimplementasikan,
mendeteksi masalah atau perubahan yang terjadi pada landasan pemikirannya, dan
melakukan penyesuaian yang diperlukan. Terdapat empat jenis utama dalam
pengendalian strategi, yaitu 1) pengendalian asumsi; 2) pengendalian implementasi;
3) pengawasan strategi; dan 4) pengendalian peringatan khusus.
Gambar 4. Proses Manajemen Strategi
D. TUJUAN ORGANISASI
Pemahaman tentang tujuan organisasi sangat beranekaragam, hal itu
disebabkan adanya latar belakang dan cara pandang yang berbeda-beda. William F.
Glueck memberikan definisi bahwa tujuan adalah hasil akhir yang dicari atau
dicapai organisasi dengankemampuan dan aktivitas-aktivitasnya. Sedangkan
PhilipKotler dan Paul N. Bloom memahami tujuan sebagai suatu sasaran organisasi
yang dibuat khusus sehubungan dengan besarnya waktu, dan siapa yang bertanggung
jawab. Pengertian yang sama juga diberikan oleh Sukanto Reksohadiprojo, tujuan diartikan
sebagai suatu yang ingin dicapai serta diinginkan untuk dicapai.
Dari pengertian tersebut di atas, maka jelaslah bahwa yangdimaksud
dengan tujuan organisasi adalah sesuatu yang ingin dicapai dengan segala
kemampuan yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Namun, masih banyak pembaca
yang menggunakan istilah-istilah seperti misi, strategi, kebijakan, dan taktik
dalam pengertian yang sama. Pada prinsipnya istilah-istilah tersebut memiliki
pengertian yang berbeda. Sesuatu yang ingin dicapai organisasi itu disebut
sebagai tujuan, sedangkan strategi diartikan sebagai sebuah rencana dasar yang
luas dari suatu tindakan organisasi untuk mencapai tujuannya. Taktik adalah
sarana operasi bagi pelaksanaan sebuah strategi.
Peranan dari penetapan tujuan organisasi dapat memberikanbeberapa
fungsi sekaligus manfaat yang besar bagi organisasi secara keseluruhan.
Pertama, tujuan dapat berfungsi sebagai landasan operasional bagi kegiatan
organisasi. Kedua, berfungsi sebagai tolok ukur atau pedoman dalam menilai
keberhasilan pelaksanaan organisasi. Sedangkan manfaat-manfaat yang diperoleh
dari penetapan tujuan adalah sebagai berikut:
1.
Membantu memperkenalkan atau menonjolkan eksistensi organisasi di mata pemerintah,
konsumen, dan masvarakat secara keseluruhan.
2.
Membantu koordinasi dan pembuatan keputusan
3.
Membantu penilaian keberhasilan organisasi.
4.
Memisahkan proses perumusan dan implementasi strategi organisasi.
5.
Mendorong parapelaksana untuk berusaha keras agar tujuan itu tercapai.
E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUMUSAN TUJUAN
Dalam menetapkan suatu tujuan, perlu dipertimbangkanfaktor-faktor
internal maupun yang mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Tujuan-tujuan perusahaan sebelumnya. Dalam menentukan tujuan organisasi pada masa yang akan datang, faktor
keberhasilan dari tujuan-tujuan sebelumnya perlu dipertimbangkan.
2. Sumber-sumber ekonomi yang dimlliki perusahaan. Semakin besar sumber ekonomi yang dimiliki oleh organisasi, akan
semakin bebas organisasi tersebut untuk menentukan
Tujuan-tujuannya.
Dibandingkan dengan organisasi kecil yang banyak bergantung pada
kekuatan-kekuatan lingkungan.
3. Sistem penilalan dari eksekutif puncak. Salah satu dari kesulitan dalam menentukan arah bagi suatu
organisasi adalah memahami dampak perubahan dalam strategi bisnis terhadap
nilai-nilai dasar manajemen puncak, dan memahami hubungan baru dengan
pihak-pihak yang berkepentingan.
4. Kekuatan dalam lingkungan.
Lingkungan yang dimaksud adalah pemegang saham, peraturan pemerintah, pesaing,
pemasok (supplier), organisasi karyawan, dan sebagainva.
F. JENIS-JENIS TUJUAN ORGANISASI
Ada beberapa tujuan yang biasanya menjadi pedoman/arah dari hampir
semua organisasi. Jenis-jenis tujuan yang dimaksud bisa berupa finasial ataupun
sosial.
1. Profitabilitas
Kemampuan semua organisasi untuk beroperasidalam jangka panjang
bergantung pada pencapaian tingkat laba yang layak. Perusahaan yang dimanajemeni
secara baik mempunyai sasaran laba tertentu, biasanya dinyatakan dalam bentuk
laba per saham (earning per share, EPS) atau laba atas saham (return on equity ROE). Organisasi yang
memiliki
pertumbuhan profitabilitas yang balk akan semakin mudah menyesuaikan dengan
perubahan lingkungan, baik lingkungan eksternal maupun internal.
2. Produktivitas
Para manajer terus-menerus berusaha meningkatkanproduktivitas
sistem
mereka. Organisasi yang dapat meningkatkan hubungan masukan-keluaran biasanyameningkatkan
profitabilitas.Jadi, organisasi hampirselalu merumuskan sasaran untuk
produktivitas.
Tujuan produktivitas yang umum digunakan adalah jumlah produk yang
dihasilkan atau jumlah lavanan yang diberikan perunit masukan. Tetapi, ada kalanya
produktivitas dinyatakan dalam bentuk penurunan biava yang diharapkan. Sebagai contoh,
tujuan ditetapkan untuk mengurangi jumlah produk rusak, untuk mengurangi jumlah
keluhan konsumen, atau untuk menekan jam lembur.
3. Posisi bersaing
Salah satu ukuran keberhasilan perusahaan adalahdominasi relatif
di pasar. Organisasi yang besar biasanya menetapkan suatu tujuan yang
menyangkut posisi bersaingnya, sering kali dengan menggunakan penjualan total
atau bagian pasar sebagai ukuran posisi bersaing.
Suatu tujuan yang menyangkut posisi bersaing mungkinmenunjukkan
prioritas jangka panjang organisasi. Misalnya, organisasi menetapkan tujuan dua
tahun yang akan datang menempati posisi ketiga dalam pasar sejenis.
4. Pengembangan karyawan
Para manajer yakin bahwa produktivitas terkaitdengan loyalitas
karyawan dan dengan perhatian manajemen terhadap kesejahteraan karyawan. Oleh
karena itu, organisasi menetapkan tujuan untuk meningkatkan hubungan dengan karyawan.
Beberapa hasil dari tujuan seperti ini adalah program keselamatan kerja,
keterlibatan karyawan dalam
pengambilan
keputusan, dan sense of balancing karyawan terhadap organisasi.
5. Kepemimpinan teknologi
Organisasi harus memutuskan apakah akanmemimpin atau mengikuti
pasar. Jika organisasi ingin memimpin pasar, maka organisasi harus melakukan perubahan
dan inovasi produk dan ini memerlukan dukungan teknologi. Jika produk harus
diubah atau dimodifikasi maka organisasi mutlak harus mengembangkan teknologinya,
dan jika organisasi masih tetap menginginkan pasar maka organisasi harus
mempunyai kemampuan menyesuaikan dengan teknologi barunya. Teknologi yang lebih
baru umumnya akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi organisasi. Di
samping itu, teknologi baru akan dapat menghasilkanproduk yang semakin
berkualitas.
6. Tanggung jawab sosial
Organisasi menyadari tanggung jawab mereka terhadap pelanggan dan
masyarakat pada umumnya. Sesungguhnya banyak organisasi yang berusaha lebih
dari pada yang dituntut oleh pemerintah.
Organisasi tidak hanyaberupaya mengembangkan reputasi dalam hal
produk atau
jasa
yang harganya wajar melainkan juga memantapkan diri sebagai warga negara yang
bertanggung jawab. Misalnya, mereka menetapkan tujuan untuk menyediakan dana
bagi kegiatan sosial dan kependidikan, ikut berpartisipasi dalam meningkatkan
prestasi olah raga dan upaya pemberantasan kemiskinan.
G. MANAGEMENT BY OBJECTIVES (MBO)
Management by objective merupakan metode penetapantujuan
secara partisipatif yang pertama kali dipopulerkan oleh Peter Drucker melalui
bukunva The Practice of Management (1954). MBO merupakan metode formal atau
semi formal yang dimulai
dari
penetapan tujuan, pelaksanaan, dan kemudian diteruskan dengan evaluasi. Tujuan
utama MBO adalah mendorong partisipasi bawahan dan memperjelas serta
mengkomunikasikan tujuan, serta hasil yang diharapkan untuk mencapai tujuan tersebut.
Pada hakekatnya MBO menekankan pentingnya peranan tujuan aalam perencanaan efektif.
Prosedur yang tepat yang digunakan dalam melaksanakan MBO berbeda-beda dari
organisasi yang satu ke organisasi yang lain dan dari unit ke unit. Tetapi,
unsur pokok dari penetapansasaran, partisipasi dari bawahan dalam menetapkan
sasaran, dan umpan balik serta evaluasi biasanya merupakan bagian dari setiap
program MBO. Karangan ash dari Drucker dan tulisantulisan berikutnya dari orang
lain memberikan kontribusi dasar bagi tiga pedoman pelaksanaan MBO, yakni:
1.
Atasan dan bawahan saling bertemu dan membahas sasaranyang jika dicapai akan
memberikan kontribusi kepada tujuan menyeluruh.
2.
Atasan dan bawahan bersama-sama menetapkan sasaran yang akan dapat dicapai bagi
para bawahan mereka.
3.
Atasan dan bawahan saling bertemu pada waktu kemudian yang ditentukan sebelumnya
untuk mengevaluasi kemajuan-awahan dalam mencapai sasaran. MBO dimulai dari asumsi
terhadap manusia. Menurut teori X dan Y dari Mc Gregor, manusia dapat dipandang
dari dua jenis karakteistik, yaitu X dan Y. Karakteristik X menganggap pada dasarnya
manusia tidak menyukai pekerjaan, dan karena itu harus dipaksa untuk bekerja. Karakteristik
Y menganggap pada dasarnya manusia suka bekerja, ingin mencapai sesuatu, dapat mendorong,
dan mengarahkan diri sendiri. MBO dimulai dengan mengasumsikan bahwa manusia
pada dasarnya mempunyai karakteristik Y. MBO bertujuan memanfaatkan
karakteristik tersebut secara optimal dengan memberikan lingkungan yang mendukung.
Dalam perkembangannya, MBO memiliki programprogramyang sangat
bervariasi. Metode-metode dan pendekatanpendekatan yang digunakan para manajer
dalam program
MBO
akan berbeda-beda. Proses MBO dimulai dari tujuan dan rencana organisasi secara
keseluruhan. Kemudian dari tujuan dan rencana tersebut manajer bertemu dengan
bawahan untuk mendiskusikan tujuan dan rencana yang lebih rendah (untuk
bawahan) yang ditujukan untuk mencapai tujuan dan rencana organisasi tersebut.
Diskusi dan kolaborasi penentuan tujuan dan rencana tersebut berjalan melalui
beberapa tahap.
Pertama, manajer mengkomunikasikan
tujuan dan rencana organisasi kepada bawahan. Kemudian bawahan dan manajer
melakukan pertemuan. Bawahan dan manajer bekerjasama menentukan tujuan dan
rencana yang akan dicapai oleh bawahan, yang akan menyumbang tujuan dan rencana
organisasi secara keseluruhan. Tujuan dan rencana diusahakan ditetapkan dalam
bentuk yang jelas, kuantifikasi rencana dan tujuan perlu dilakukan agar dapat
diverivikasi. Misalnya menetukan tingkat penguasaan pangsa pasar sebesar 15% di
atas dari periode sebelumnya. Dalam pertemuan tersebut, manajer dapat memberikan
kosultasi yang diperlukan agar bawahan mampu menetapkan tujuan yang cukup
menantang tetapi juga masih realistis. Kemudian bawahan dialokasikan sumber
daya yang diperlukan untuk melaksanakan rencana dan tujuannya. Dalam tahap ini
partisipasi dalam penetapan tujuan dan komunikasi antara bawahan dan manajer
merupakan kunci penting.
Setelah tujuan ditetapkan dan disetujui, individumempunyai
keleluasan dalam pemilihan peralatan untuk mencapai tujuan. Dengan batasan-batasan
normal kebijaksanaan organisasi, manajer harus bebas untuk mengembangkan dan mengimplementasikan
program-program pencapaian tujuantujuan mereka tanpa campur tangan atasannva
langsung (otonomi). Aspek program MBO mi secara khusus dihargai oleh manajer.
Pada akhir periode, dilakukan review dan evaluasi secara periodik. Review dan
evaluasi periodik
tersebut
kemudian diteruskan menjadi pertemuan MBO untuk periode berikutnya.
Akan lebih baik lagi apabila review periodik dilakukan
sebelumsuatu periode berakhir. Kalau periode program adalah satu tahun, maka
dapat dilakukan review kuartalan. Apabila ada penyimpangan, segera dapat dilakukan
analisis untuk selanjutnva dilakukan revisi. Managemen By Objektives bukan
merupakan satusatunva cara yang paling tepat untuk melakukan perencanaan, motivasi
dan pengawasan pada organisasi. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam mengimplementasikan
MBO membuat cara ini sedikit sulit dan memerlukan proses yang lama. Akan
tetapi, masih banyak organisasi yang mempergunakan pendekatan MBO karena memberikan
kegunaan vaitu memberikan mekanisme penetapan tujuan dan evaluasi manajerial,
serta integrasi tujuan-tujuan pribadi dalam organisasi. Manfaat terpenting dari MBO
adalah mendorong motivasi karvawan.
Agar pelaksanaan MBO ini bisa berhasil dengan baik danefektif,
maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut;
1. Penetapan tujuan puncak.
Program MBO yang efektif dimulai dari manajemen puncak. Tujuan yang ingin
dicapai harus dinyatakan dengan jelas dan dapat diukur sehingga bawahan dapat
mengerti tujuan tersebut dan dapat mengerti apa yang diharapkan darinya.
Manajer dan bawahan harus bekerjasama mensikronkan rencana bawahan dengan
rencana serta tujuan manajemen puncak. Organisasi dalam hal ini harus melatih
para manajer dengan keterampilan-keterampilan penetapan tujuan yang berguna dan
terukur, serta mengkomunikasikan secara efektif.
2. Komitmen manajemen puncak.
Suksesnya MBO memerlukan komitmen manajemen yang tinggi khususnya komitmen dari
manajemen puncak. Para manajer sering dihadapkan pada berkurangnya kepercayaan
dari para karyawan. Kondisi ini dimungkinkan manakala manajer puncak tidak
mampu menjaga sistem organisasi agar tetap hidup dan berfungsi sepenuhnya.
3. Partisipasi. Kesadaran manajer akan
partisipasi bawahan dalam menetapkan tujuan bersama dapat mengandung implikasi
pengalokasian kembali kekuasaan. Manajer tidak lagi bertindak otokratris dalam
proses penetapan tujuan, akan tetapi mendorong sepenuhnya keterlibatan dari
karyawan.
Dalamhal ini, manajer harus bersedia melepaskan berbagai
pengawasan langsung terhadap bawahan dan mendorong bawahan untuk mengambil
peranan lebih efektif dalam perumusan dan pencapaian tujuan mereka sendiri.
4. Review prestasi. Hasil-hasil yang telah
dicapai harus ditinjau kembali sehingga dapat memberikan umpan balik untuk memberikan
input perbaikan.
5. Komunikasi. Manajer dan bawahan
melakukan komunikasi yang insentif dalam proses penentuan tujuan. Manajer
biasanya mengkomunikasikan tujuan manajemen puncak, dan
bawahan
mendiskusikan apa yang perlu disumbangkan untuk mendukung tujuan tersebut.
Walaupun MBO tampaknya cukup baik, tetapi dalam pelaksanaannyaMBO
tidak selalu berjalan efektif. Tosi dan Carroll telah melakukan pengamatan
terhadap para manajer, dan mengemukakan kebaikan-kebaikan berbagai program MBO.
Beberapa
keunggulan dari program MBO, antara lain:
1.
Membuat proses evaluasi lebih dapat disamakan melalui pemusatan pada pencapaian
tujuan tertentu. Hal ini memungkinkan para bawahan mengetahui kualitas
pekerjaan mereka dalam hubungannya dengan tujuan organisasi.
2.
Menciptakan komunikasi yang lebih baik antar manajer dan bawahan.
3.
Individu akan lebih terkonsentrasi perhatiannya pada tujuan organisasi.
4.
Memperjelas para individu tentang kegiatan apa yang harus mereka lakukan.
5.
Membantu dalam perencanaan dengan membuat para manajer menetapkan tujuan dan
sasaran. MBO memberikan manfaat tidak hanya bagi organisasi secara keseluruhan,
tetapi juga memberikan manfaat pada individu itu sendiri. MBO akan memberikan
individu rasa keterlibatan dan pemahaman terhadap tujuan-tujuan organisasi, di
samping pemahaman
bahwa
mereka akan dievaluasi, tidak dalam hal sifat-sifat pribadi atau atas dasar
prasangka pimpinan, tetapi bagaimana mereka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan mereka sendiri. Akhirnya, MBO menuntun bawahan untuk lebih cenderung
melakukan tanggung jawab dengan bersemangat dan sukses dibanding yang lainnya.
Di samping memberikan kekuatan-kekuatan, MBO jugamemiliki
kelemahan-kelemahan. Kelemahan tersebut disebabkan oleh dua hal, vakni (a)
kelemahan inheren dari MBO. Kelemahan ini meliputi penggunaan waktu dan tenaga
yang cukup banyak yang diperlukan dalam proses MBO, pekerjaan administratif yang
banvak, dan kemampuan mempelajari MBO agar dapat menjadi teknik yang efektif;
(b) kelemahan yang berasal dari luar organisasi, yang secara teoritis dapat
dihilangkan, meliputi:
1. Perubahan dalam organisasi.
Kelemahan ini disebabkan adanya struktur yang tidak mendukung, oleh karena itu
harus dihilangkan. Jika struktur tersebut masih ada, maka untuk mencapai MBO
yang efektif akan terhalang. Manajemen juga harus mendukung proses perubahan
tersebut. Ketidakmampuan manajemen untuk melakukan perubahan akan membuat MBO
tidak efektif.
2. Gaya manajemen. Pendekatan yang otoriter
dari seorang manajer tidak akan mendukung terlaksananya MBO secara efektif.
Manajer yang memiliki gava seperti itu perlu dilatih kembali agar gava
kepemimpinan lebih sesuai dengan MBO.
3. Dukungan manajemen puncak.
Kelemahan ini tampak ketika bawahan tidak memperoleh dukungan penuh dari manajemen
puncak dalam pelaksanaan MBO, otonomi yang kurang, dan sumber daya yang kurang
dari manajemenpuncak.
4. Koordinasi dan tujuan Yang sulit. Penetapan tujuan yangcukup menantang tetapi realistis bukan
merupakan pekerjaan yang mudah. Permasalahan akan selalu muncul dalam penetapan
tujuan yang dapat di ukur. Kesulitan lain adalah menyeimbangkan antara tujuan individu
dan tujuan organisasi. Kesulitan ini menyebabkan MBO berjalan tidak efektif.
5. Kompensasi yang tidak memadai.
Setiap prestasi yang diperoleh karyawan harus diberi kompensasi yang memadai. Tetapi
manajer sering kali menetapkan tujuan yang rendah atau mudah dicapai dan tidak
menantang dengan maksud agar target yang ditetapkan dapan dicapai dengan mudah.
Cara seperti itu tentunya tidak akan mendukung MBO yang
efektif.
6. Keterampilan hubungan manusiawi. Proses penetapan tujuan dan peninjauan kembali manajer dan bawahan
memerlukan suatu tingkat keterainpilan tinggi dalam hubungan-hubungan antar
pribadi. Banyak manajer tidak memiliki pengalaman maupun kemampuan dasar dalam
hubungan manusiawi. Oleh karena itu latihan dalam pembimbingan dan wawancara mungkin
diperlukan.
7. Kurangnya kerja sama antar bagian. Bagian-bagian dalam organisasi memiliki satu kesatuan yang
mengikat, di mana satu bagian akan bisa berhasil kalau didukung bagian lainnya.
Sebaliknya, prestasi satu bagian akan terhambat kalau bagian lain tidak
memberikan dukungan yang kuat seperti yang diharapkan.
Komentar
Posting Komentar